17 Tantangan Bisnis 2025, Pentingnya Ketahanan Bisnis di Tengah Ketidakpastian

Seiring berjalannya waktu, banyak negara, termasuk Indonesia, memandang tahun 2025 dengan penuh kecemasan. Dari kebijakan global hingga kondisi ekonomi domestik, banyak faktor yang memengaruhi ketidakpastian ini. 

Berikut catatan penting dari CNBC Indonesia Research terkait faktor besar, seperti dinamika politik internasional dan kebijakan ekonomi, turut memberi dampak besar pada proyeksi ekonomi dunia.

1. Ketidakpastian Global dan Dampaknya

Bank Dunia memperkirakan ekonomi global hanya akan tumbuh 2,7% pada 2025. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi stagnasi di angka 3,2%. Beberapa faktor yang menyebabkan proyeksi suram ini antara lain konflik regional, kebijakan moneter yang ketat, dan pelambatan ekonomi China. Ketidakpastian ini memperburuk prospek pertumbuhan, mengingat dampak dari kebijakan proteksionisme yang kembali diusung oleh Presiden AS, Donald Trump, yang memicu ketegangan perdagangan global.

 

Baca juga : Ancaman Gempa Megathrust Terhadap Bisnis, Pentingnya Ketahanan Bisnis

 

2. Dampak Kebijakan Trump dan The Fed

Kebijakan proteksionisme AS, seperti tarif impor yang tinggi, diperkirakan akan memberi dampak besar pada negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Asia sangat bergantung pada perdagangan dengan AS, dan tarif yang lebih agresif akan mengurangi daya saing produk regional. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah memperingatkan dampak buruk yang bisa terjadi akibat ketidakpastian ini.

“Ketidakpastian akan semakin tinggi, terutama dengan kebijakan ekonomi yang cenderung proteksionis,” ungkap Perry Warjiyo dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia.

 

3. Perlambatan Ekonomi China

Salah satu faktor yang paling memengaruhi Indonesia adalah kondisi ekonomi China yang semakin melambat. Bank Dunia memproyeksikan ekonomi China hanya akan tumbuh 4,5% pada 2025, jauh lebih rendah dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya. Mengingat China adalah mitra dagang terbesar Indonesia, perlambatan ini dapat memengaruhi harga komoditas, termasuk batu bara, yang merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia.

 

4. Menjaga Ketahanan Ekonomi dalam Ketidakpastian

Namun, meski banyak tantangan di depan mata, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk memperkuat ketahanan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah kebijakan insentif yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, salah satunya melalui insentif pajak. Sementara itu, perusahaan harus memperkuat ketahanan bisnis mereka untuk menghadapinya.

 

Baca juga : Buktikan Ketahanan Perusahaan, 3 Sub Holding Pertamina Raih Sertifikat ISO 22301:2019

 

5. Peluang The Fed Pangkas Suku Bunga di 2025 Berkurang, Rupiah Sulit Bangkit?

Dalam rilis laporan The Fed pada Summary of Economic Projections (SEP) Desember 2024, The Fed diproyeksikan hanya memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin (bps) pada 2025, jauh lebih sedikit dari yang sebelumnya diperkirakan sebanyak 100 bps. Pemangkasan yang lebih kecil ini dikenal dengan istilah ‘hawkish cut’.

Saat ini, suku bunga The Fed berada pada rentang 4,25-4,50%, sehingga jika prediksi ini benar, suku bunga The Fed akan turun ke angka 3,75-4,00%. Pemangkasan yang lebih kecil ini memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi ekonomi global, termasuk terhadap nilai tukar mata uang.

 

6. Trump Picu Outflow & Strong Dolar?

Kebijakan ekonomi domestik yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump diperkirakan akan kembali menarik modal yang sebelumnya ditanamkan oleh investor di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kembali ke Amerika Serikat. Hal ini bisa menyebabkan arus keluar modal atau outflow yang lebih besar dan pada gilirannya menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah.

Pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI) sudah memberikan peringatan terkait potensi fenomena ini. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa fenomena strong dollar bisa terjadi akibat kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah AS. Kenaikan nilai dolar AS dan meningkatnya yield US Treasury bisa memperburuk kondisi ekonomi global, menyebabkan penurunan nilai tukar mata uang di negara berkembang.

 

7. Kenaikan Tarif China Ancam Rupiah

Salah satu kebijakan yang dapat berpengaruh langsung terhadap nilai tukar rupiah adalah kebijakan tarif impor yang diusulkan oleh Presiden Trump, khususnya terhadap barang-barang dari China. Tarik menarik perdagangan antara AS dan China diperkirakan akan semakin memanas pada 2025, dengan kemungkinan adanya kenaikan tarif impor yang signifikan.

Peningkatan tarif ini dapat memperburuk kondisi perdagangan Indonesia karena Indonesia juga banyak mengimpor barang dari China. Kenaikan tarif ini akan menyebabkan devaluasi mata uang yuan, yang berpotensi mempengaruhi pelemahan rupiah.

 

Baca juga : Mengelola Risiko dalam Bisnis: Strategi untuk Menghadapi Ketidakpastian

 

8. Proyeksi Rupiah 2025, Ada Harapan Menguat?

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah pada 2025 akan berada di kisaran Rp15.928 hingga Rp16.027 per dolar AS. Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang masih melingkupi ekonomi global, ditambah dengan proyeksi kebijakan The Fed yang lebih ketat dan potensi outflow yang lebih besar.

Namun, dengan kerja sama antara pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia, ada peluang untuk memitigasi volatilitas dan mengurangi dampak dari kondisi eksternal yang tidak menentu ini.

 

9. Permintaan Batu Bara 2024 Pecah Rekor, Bagaimana 2025?

Permintaan batu bara dunia diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2024, dengan total konsumsi mencapai 8.771 juta ton, lebih tinggi 1% dibandingkan tahun 2023 yang juga tercatat sebagai tahun dengan permintaan tertinggi sepanjang masa.

Negara-negara Asia, terutama China dan India, menjadi penyumbang utama terhadap peningkatan konsumsi batu bara pada 2024. Sementara negara-negara Barat mengalami penurunan signifikan, dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan mengalami penurunan permintaan masing-masing sebesar 42 juta ton dan 18 juta ton.

Namun, proyeksi untuk 2025 menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi batu bara dunia akan melandai, hanya meningkat sebesar 0,34% menjadi 8.801 juta ton. Pertumbuhan konsumsi batu bara di China dan India diperkirakan akan sangat moderat, meskipun beberapa negara Asia Tenggara tetap mencatatkan kenaikan permintaan.

 

10. Konsolidasi Energi Terbarukan di China dan India: Pengaruh terhadap Batu Bara

Peningkatan penggunaan energi terbarukan di China dan India diperkirakan akan mengurangi ketergantungan mereka terhadap batu bara. China, misalnya, telah meningkatkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air dan energi terbarukan lainnya. Pada 2024, kapasitas energi terbarukan di China, termasuk tenaga surya dan angin, terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.

India juga mengikuti jejak China dalam mengembangkan energi terbarukan, dengan rencana menambahkan kapasitas energi surya dan angin sebesar 35 GW pada 2025. Hal ini bisa mengurangi permintaan batu bara domestik, meskipun masih ada kenaikan konsumsi batu bara dari negara-negara Asia Tenggara, yang diperkirakan akan tumbuh 5,9% pada 2025.

 

Baca juga : 7 Poin Penyelarasan Strategi Bisnis dan Teknologi Informasi Tahun 2025

 

11. Harga Batu Bara 2025 Diramal Melandai: Analisis dan Proyeksi Pasar Global

Harga batu bara diperkirakan akan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2025, sesuai dengan proyeksi Bank Dunia. Menurut perkiraan Bank Dunia pada 3 Desember 2024, harga batu bara global akan mengalami penurunan sekitar 12 persen pada 2025 dan 2026, setelah penurunan yang lebih besar diperkirakan terjadi pada 2024, yang diperkirakan lebih dari 20 persen.

Rata-rata harga batu bara dunia pada 2025 diperkirakan akan berada di kisaran US$120 per ton. Penurunan harga ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk kondisi permintaan dari China yang diperkirakan akan mengalami moderasi. Bank Dunia memprediksi bahwa puncak permintaan batu bara di China akan tercapai pada 2024 dan kemudian akan stagnan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan moderat dalam permintaan listrik, serta produksi energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air yang semakin besar.

 

12. Faktor yang Mempengaruhi Harga Batu Bara 2025

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga batu bara pada 2025 antara lain cuaca ekstrem dan kelebihan pasokan. Meskipun cuaca ekstrem, seperti gelombang panas atau kekeringan di China, bisa mendorong permintaan batu bara yang lebih tinggi dan berpotensi menaikkan harga, Bank Dunia memperingatkan bahwa risiko kelebihan pasokan tetap menjadi tantangan utama yang dapat menahan laju kenaikan harga batu bara global.

 

13. Kelebihan Pasokan dan Produksi yang Meningkat

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association, Hendra Sinadia, mengungkapkan bahwa kelebihan pasokan atau oversupply akan membatasi potensi kenaikan harga batu bara pada 2025. Meskipun permintaan batu bara global meningkat, produksi batu bara meningkat lebih cepat, menyebabkan pasokan lebih besar daripada permintaan. Kelebihan pasokan ini sudah terlihat sejak 2023 dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga 2025. Bahkan, menurut data dari International Energy Agency (IEA), kelebihan pasokan batu bara global tercatat mencapai 306 juta ton pada 2023 dan diperkirakan akan mencapai 204 juta ton pada 2025.

 

Baca juga : Peran inovasi dalam meningkatkan daya saing, Bagaimana Indikator Utamanya

 

14. Peran China dan India dalam Produksi Batu Bara

China, sebagai produsen terbesar batu bara dunia, terus meningkatkan produksi domestiknya, sementara India juga mengalami lonjakan dalam produksi batu bara. Hal ini berkontribusi pada kelebihan pasokan yang semakin besar. Sebagai contoh, kelebihan pasokan pada 2023 tercatat mencapai 306 juta ton, dan pada 2024 diperkirakan akan mencapai 297 juta ton.

Dengan proyeksi kelebihan pasokan yang besar, harga batu bara pada 2025 diperkirakan akan stagnan atau bahkan cenderung menurun dibandingkan dengan 2024. Selain itu, tantangan dalam transisi energi dari batu bara ke energi baru terbarukan sebagai sumber listrik semakin memberikan tekanan pada harga batu bara global.

 

15. Proyeksi Ekonomi Global dan Dampaknya pada Batu Bara

Pertumbuhan ekonomi China diperkirakan akan melambat menjadi hanya 4,5% pada 2025, lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 5% pada 2024. Pemulihan pasar properti China juga diperkirakan tidak akan terjadi hingga akhir tahun 2025. Ketidakpastian dalam ekonomi kawasan Asia, terutama China, menjadi salah satu faktor utama yang memperburuk prospek harga batu bara global. Kondisi ini menunjukkan bahwa harga batu bara kemungkinan besar akan terus mengalami penurunan pada 2025.

 

16. Perspektif Emas dan Logam Mulia pada 2025

Sementara harga batu bara diperkirakan akan stagnan atau menurun, pasar logam mulia, khususnya emas, diperkirakan akan terus mencatatkan kenaikan yang signifikan pada 2025. Harga emas mengalami lonjakan terbesar dalam lebih dari satu dekade pada 2024, dengan kenaikan mencapai 28%. Proyeksi harga emas pada 2025 menunjukkan bahwa logam ini tetap akan bullish meskipun ada moderasi dalam laju kenaikannya. Faktor-faktor yang akan menentukan arah pasar emas pada 2025 antara lain kebijakan suku bunga Federal Reserve, dinamika geopolitik, dan pembelian emas oleh bank sentral global.

World Gold Council (WGC) mencatat bahwa permintaan emas pada kuartal ketiga 2024 melampaui US$100 miliar untuk pertama kalinya, dengan 40 rekor harga baru tercapai sepanjang tahun tersebut. Permintaan emas yang tinggi ini mencerminkan kecenderungan investor dan bank sentral yang terus membeli emas sebagai bentuk lindung nilai di tengah ketidakpastian global.

 

Baca juga : Cara 10 Perusahaan Tertua di Indonesia Mempertahankan Bisnis, Transformasi Bisnis dan Transformasi Digital

 

17. Kondisi Pasar Emas dan Perak pada 2025

Harga emas diperkirakan akan mencapai $3.000 per ons pada akhir 2025, menurut Gregory Shearer, Head of Base and Precious Metals Strategy di J.P. Morgan. Emas dipandang sebagai aset lindung nilai utama yang semakin diminati oleh investor di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Sementara itu, harga perak juga diperkirakan akan mengalami kenaikan signifikan pada 2025, dengan harga dapat mencapai $38 per ons pada akhir tahun.

Secara keseluruhan, pasar emas dan perak akan tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik global. Faktor-faktor seperti suku bunga rendah, ketegangan geopolitik, dan pembelian oleh bank sentral diperkirakan akan memberikan dukungan kuat bagi harga emas pada 2025.

 

Bagaimana Cara Meningkatkan Ketahanan Bisnis di Tahun 2025?

Kami menawarkan layanan konsultasi ketahanan bisnis di tahun 2025 melalui Proxsis Consulting. Layanan ini dirancang untuk membantu perusahaan Anda menghadapi tantangan yang datang dengan dunia yang terus berubah.

Apa saja manfaat yang bisa Anda dapatkan?

  1. Analisis Mendalam: Kami memberikan analisis risiko dan peluang bisnis berdasarkan tren global dan nasional terkini.
  2. Strategi yang Tepat: Kami merancang strategi yang dapat meningkatkan daya tahan bisnis Anda di tengah ketidakpastian pasar.
  3. Fleksibilitas: Layanan kami dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan sektor industri Anda.

Dengan pendekatan berbasis data dan praktik terbaik, Proxsis Consulting membantu Anda untuk tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, bahkan dalam situasi yang penuh tantangan.

 

Kesimpulan

Tahun 2025 akan penuh tantangan, baik secara global maupun domestik. Namun, dengan strategi yang tepat dan kesiapan menghadapi ketidakpastian, bisnis Anda dapat tetap kuat dan berkembang. Jangan tunggu sampai terlambat—konsultasikan dengan kami di Proxsis Group untuk memastikan bisnis Anda siap menghadapi segala tantangan yang datang.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Proxsis Group Business Resilience Services.

 

Rate this insight

Other Related Insights

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.