Ringkasan Eksekutif

Dunia bisnis global sedang memasuki fase keterhubungan yang semakin kompleks. Transformasi digital, disrupsi teknologi, tekanan geopolitik, transisi energi, perubahan perilaku konsumen, dan dinamika rantai pasok global muncul secara bersamaan dan saling mempengaruhi. Tidak ada lagi industri yang bekerja sendiri. Seluruh sektor kini terhubung dalam jejaring nilai yang menentukan daya saing nasional.

Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada Februari 2025 menjadi tonggak era baru bagi pengelolaan BUMN Indonesia. Dengan mandat mengelola aset lebih dari 900 miliar dolar Amerika, Danantara berada pada posisi yang sangat strategis untuk membentuk arah pembangunan ekonomi nasional. Struktur baru yang terdiri dari Holding Investasi dan Holding Operasional memungkinkan pendekatan yang lebih terpadu. Namun fungsi tradisional Holding Operasional, yaitu pengawasan kinerja, tata kelola, manajemen risiko, dan konsistensi pelaporan, tidak lagi cukup untuk menjawab tingkat kompleksitas ekosistem saat ini.

Karena itu, muncul kebutuhan untuk mengembangkan peran Holding Operasional menjadi orchestrator ekosistem BUMN. Peran ini tidak hanya meningkatkan kinerja perusahaan secara individual, tetapi juga memastikan keterhubungan lintas sektor berjalan harmonis dan menghasilkan nilai kolektif. Peran ini dapat digambarkan seperti seorang dirigen orkestra. Setiap BUMN adalah instrumen dengan karakter dan ritme yang berbeda. Dirigen memastikan semuanya bermain selaras dan menghasilkan harmoni yang lebih besar dari penjumlahan suara individual.

Kerangka ecosystem orchestration dalam literatur manajemen memberikan dasar konseptual bagi perubahan ini. Nilai tidak lagi muncul dari satu perusahaan saja. Nilai muncul di titik persimpangan kapabilitas lintas organisasi, yaitu ketika solusi komplementer, data, aset, dan proses disatukan dalam alur nilai yang terintegrasi.

Studi global menunjukkan bahwa model ini bukan sekadar konsep: