Mengenal Operational Risk Management: Pengertian, Contoh, dan Cara Kerjanya

Mengenal Operational Risk Management: Pengertian, Contoh, dan Cara Kerjanya

Dalam dunia bisnis, risiko operasional merupakan ancaman yang dapat berdampak pada stabilitas dan keberlanjutan organisasi. Risiko ini mencakup berbagai faktor, mulai dari kesalahan manusia, kegagalan sistem, hingga gangguan eksternal yang dapat menghambat proses operasional.

Untuk mengelola risiko ini secara efektif, perusahaan perlu menerapkan Operational Risk Management (ORM) atau manajemen risiko operasional. ORM membantu organisasi dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan mengurangi potensi risiko yang dapat mengganggu operasional sehari-hari. Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian ORM, cara kerjanya, serta langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola risiko operasional dengan lebih baik.

Apa itu Operational Risk Management?

Setiap organisasi menghadapi risiko operasional yang dapat muncul akibat berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Risiko ini dapat memengaruhi efisiensi bisnis dan bahkan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan jika tidak ditangani dengan baik.

Operational Risk Management (ORM) adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko operasional dalam suatu organisasi. 

Tujuan utama dari ORM adalah untuk meminimalkan dampak risiko terhadap kelangsungan bisnis serta memastikan bahwa proses operasional berjalan dengan lancar dan efisien.

 

Baca juga : Mengenal Key Risk Indicators (KRI): Definisi, Tujuan, Manfaat, dan Keuntungan Bagi Perusahaan

 

Tujuan Operational Risk Management

Manajemen risiko operasional memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga stabilitas dan keberlanjutan bisnis. Beberapa tujuan utama dari ORM adalah sebagai berikut:

  1. Mengurangi Kerugian Finansial – Dengan mengidentifikasi dan mengelola risiko secara proaktif, perusahaan dapat mencegah potensi kerugian finansial yang disebabkan oleh gangguan operasional.
  2. Meningkatkan Efisiensi Operasional – ORM membantu organisasi dalam mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas melalui proses yang lebih aman dan terstruktur.
  3. Memastikan Kepatuhan Regulasi – Banyak industri memiliki regulasi ketat terkait manajemen risiko, sehingga penerapan ORM dapat membantu perusahaan dalam memenuhi persyaratan hukum dan menghindari sanksi.
  4. Melindungi Reputasi Perusahaan – Risiko operasional yang tidak dikelola dengan baik dapat merusak citra dan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.
  5. Meningkatkan Keamanan dan Keselamatan Karyawan – Dengan mengurangi potensi risiko yang membahayakan, ORM dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi karyawan.

Bagaimana Cara Kerja Operational Risk Management?

Penerapan manajemen risiko operasional tidak hanya sekadar mendeteksi potensi ancaman, tetapi juga mencakup langkah-langkah strategis dalam mengatasinya. Ada empat tahapan utama dalam cara kerja ORM, yaitu:

1. Identifikasi Risiko

Langkah pertama dalam ORM adalah mengidentifikasi risiko operasional yang berpotensi mengganggu aktivitas bisnis. Risiko ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti kegagalan sistem TI, kesalahan manusia, penipuan, atau faktor eksternal seperti perubahan regulasi dan bencana alam.

Dalam tahap ini, perusahaan harus mengumpulkan data dari berbagai sumber, termasuk audit internal, laporan insiden sebelumnya, serta wawancara dengan karyawan dan pemangku kepentingan untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai potensi risiko yang ada.

2. Penilaian Risiko

Setelah risiko teridentifikasi, langkah berikutnya adalah menilai tingkat keparahan dan kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Proses penilaian ini biasanya dilakukan dengan menggunakan matriks risiko, yang membantu menentukan risiko mana yang memerlukan tindakan segera dan mana yang masih dapat ditoleransi.

Penilaian ini juga mempertimbangkan dampak finansial, operasional, reputasi, serta dampak hukum yang mungkin ditimbulkan oleh risiko tersebut. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang tingkat risiko, organisasi dapat menentukan strategi mitigasi yang tepat.

3. Pengukuran dan Mitigasi

Setelah risiko dinilai, organisasi perlu mengambil tindakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya risiko atau meminimalkan dampaknya. Tindakan mitigasi dapat berupa implementasi kebijakan baru, penggunaan teknologi yang lebih canggih, atau pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan kesadaran akan risiko operasional.

Selain itu, organisasi dapat menerapkan kontrol internal yang ketat, seperti segregasi tugas, pemantauan transaksi secara real-time, dan peningkatan keamanan sistem informasi untuk mengurangi risiko yang berkaitan dengan teknologi dan kesalahan manusia.

4. Pemantauan dan Pelaporan

Manajemen risiko operasional bukanlah proses yang dilakukan sekali saja, melainkan perlu dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu, organisasi harus memiliki sistem pemantauan dan pelaporan yang efektif untuk meninjau efektivitas langkah-langkah mitigasi yang telah diterapkan.

Pemantauan risiko dapat dilakukan melalui audit rutin, analisis data, serta pelaporan insiden untuk mengidentifikasi pola atau tren risiko yang muncul. Dengan pemantauan yang baik, perusahaan dapat segera menyesuaikan strategi manajemen risiko mereka dan memastikan keberlanjutan bisnis.

 

Baca juga : Ingin Bisnis Stabil dan Aman? Kenali Threshold Key Risk Indicators (KRI) dalam Manajemen Risiko

 

Langkah-Langkah Operational Risk Management

Untuk memastikan efektivitas penerapan ORM, organisasi harus mengikuti serangkaian langkah yang telah teruji. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam proses ORM:

  1. Mengidentifikasi Risiko – Mengumpulkan informasi dan data terkait potensi risiko operasional yang dapat menghambat bisnis.
  2. Menganalisis dan Menilai Risiko – Menentukan tingkat kemungkinan dan dampak dari setiap risiko yang telah diidentifikasi.
  3. Mengembangkan Strategi Mitigasi – Menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengurangi dampak serta peluang terjadinya risiko.
  4. Menerapkan Langkah Mitigasi – Mengimplementasikan strategi yang telah dirancang untuk mengelola risiko secara efektif.
  5. Melakukan Pemantauan dan Evaluasi – Memastikan bahwa strategi yang diterapkan berjalan sesuai rencana dan melakukan perbaikan jika diperlukan.

Contoh Penerapan Operational Risk Management

Penerapan ORM dapat ditemukan di berbagai sektor industri, mulai dari perbankan hingga manufaktur. Berikut beberapa contoh implementasi ORM dalam dunia bisnis:

  1. Sektor Perbankan – Bank menggunakan ORM untuk mencegah penipuan, kegagalan sistem perbankan, serta kesalahan transaksi yang dapat mengakibatkan kerugian finansial besar.
  2. Industri Manufaktur – Perusahaan manufaktur menerapkan ORM untuk mengurangi kecelakaan kerja, meningkatkan efisiensi produksi, dan memastikan kualitas produk yang dihasilkan.
  3. Sektor Teknologi – Perusahaan teknologi menggunakan ORM untuk melindungi sistem mereka dari serangan siber, kehilangan data, serta gangguan operasional akibat kegagalan perangkat lunak atau perangkat keras.
  4. Layanan Kesehatan – Rumah sakit dan klinik menerapkan ORM untuk mengelola risiko yang berkaitan dengan keamanan pasien, kesalahan dalam pemberian obat, serta kelangsungan operasional fasilitas medis.

 

Baca juga : Apa Itu Risk Assessment Matrix?

 

Kesimpulan

Operational Risk Management adalah pendekatan strategis yang membantu organisasi dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko operasional yang dapat mengganggu bisnis. 

Dengan menerapkan ORM secara efektif, perusahaan dapat mengurangi potensi kerugian, meningkatkan efisiensi operasional, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

Organisasi perlu terus mengembangkan dan menyempurnakan sistem ORM mereka agar tetap kompetitif dan tangguh menghadapi berbagai tantangan di masa depan.

FAQ: Operational Risk Management (ORM)

  1. Apa itu Operational Risk Management (ORM)?
    ORM adalah pendekatan sistematis yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko operasional dalam suatu organisasi guna meminimalkan dampaknya terhadap kelangsungan bisnis.
  2. Apa tujuan utama dari ORM?
    Tujuan utama ORM adalah untuk mengurangi kerugian finansial, meningkatkan efisiensi operasional, memastikan kepatuhan terhadap regulasi, melindungi reputasi perusahaan, dan meningkatkan keselamatan karyawan.
  3. Bagaimana cara kerja ORM?
    ORM bekerja melalui empat tahapan utama: 1) Identifikasi Risiko, 2) Penilaian Risiko, 3) Pengukuran dan Mitigasi, dan 4) Pemantauan dan Pelaporan.
  4. Apa langkah-langkah yang diambil dalam ORM?
    Langkah-langkah dalam ORM meliputi identifikasi risiko, analisis dan penilaian risiko, pengembangan strategi mitigasi, penerapan langkah mitigasi, serta pemantauan dan evaluasi untuk memastikan efektivitasnya.
  5. Apa contoh penerapan ORM di berbagai sektor?
    Contoh penerapan ORM meliputi sektor perbankan (untuk mencegah penipuan dan kegagalan sistem), industri manufaktur (untuk mengurangi kecelakaan kerja dan meningkatkan efisiensi), sektor teknologi (untuk melindungi dari serangan siber), dan layanan kesehatan (untuk mengelola risiko keamanan pasien dan kesalahan medis).

 

Rate this insight

Apa itu Operational Risk Management?, Bagaimana Cara Kerja Operational Risk Management?, Tujuan Operational Risk Management

Other Related Insights

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.