Pernahkah Anda mendengar tentang Threshold Key Risk Indicators (KRI) dalam manajemen risiko? Di dunia bisnis, memahami batasan atau threshold pada KRI sangat penting untuk mengendalikan risiko yang dapat memengaruhi kelangsungan usaha.
Artikel ini akan mengulas pengertian threshold KRI , jenis-jenis dan metode yang dapat membantu mengelola risiko secara efektif. Yuk, simak selengkapnya!
Pengertian Threshold Key Risk Indicators (KRI)
Dalam manajemen risiko, Threshold Key Risk Indicators (KRI) adalah metrik yang digunakan perusahaan untuk mengukur potensi risiko yang dapat memengaruhi kelangsungan bisnis. KRI berperan sebagai indikator awal yang dapat memberi peringatan dini ketika suatu risiko mendekati atau melewati batas yang telah ditentukan.
Threshold pada KRI adalah batasan yang membantu organisasi mengetahui kapan risiko harus ditangani. Batasan ini sering kali ditetapkan dalam tiga kategori: zona aman (green), zona hati-hati (yellow), dan zona bahaya (red). Dengan adanya threshold ini, perusahaan dapat mengetahui kapan harus meningkatkan pemantauan atau mengambil tindakan preventif.
Menurut The Risk Management Association, KRI yang efektif dapat membantu perusahaan mengenali risiko yang mungkin tidak terlihat dalam aktivitas operasional sehari-hari. Dengan cara ini, KRI dan threshold bekerja bersama sebagai sistem peringatan yang membantu perusahaan memantau, mendeteksi, dan merespons risiko sejak dini.
Baca juga : Mengenal EWS Manajemen Risiko: Definisi, Tujuan, Komponen, dan Contohnya
Jenis Threshold KRI
Threshold KRI dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan tingkat risikonya. Dengan memahami klasifikasi ini, perusahaan dapat merespons risiko secara tepat sesuai kondisinya.
- Batas Aman (Green)
Pada tingkat ini, risiko berada dalam zona aman dan dapat diterima. Perusahaan cukup melakukan monitoring rutin tanpa perlu tindakan khusus.- Contoh: Non-Performing Loan (NPL) di bawah 3% untuk BUMN perbankan, menunjukkan kondisi keuangan yang sehat.
- Batas Hati-hati (Yellow)
Risiko mulai mendekati batas toleransi dan memerlukan perhatian lebih untuk menghindari peningkatan risiko. Frekuensi monitoring dan analisis ditingkatkan untuk menjaga kondisi tetap terkendali.- Contoh: NPL antara 3-5% untuk BUMN perbankan, yang mengindikasikan perlu evaluasi agar risiko tidak melewati batas bahaya.
- Batas Bahaya (Red)
Ketika risiko melebihi batas toleransi, perusahaan harus segera melakukan tindakan mitigasi. Eskalasi ke manajemen sangat diperlukan untuk mengelola situasi ini.- Contoh: NPL di atas 5% pada BUMN perbankan, menandakan perlunya rencana mitigasi segera untuk menjaga stabilitas perusahaan.
Baca juga : Perbedaan KRI dan KPI: Indikator Kinerja dan Risiko yang Wajib Anda Ketahui
Metodologi Penyusunan Threshold KRI
Penentuan threshold yang efektif memerlukan metodologi yang tepat. Berikut adalah tiga pendekatan utama yang dapat membantu dalam penyusunan threshold KRI:
- Analisis Data Historis
Dengan menganalisis data historis, perusahaan dapat memahami pola risiko yang telah terjadi. Teknik statistik seperti mean dan standard deviation membantu menentukan threshold berdasarkan tren masa lalu.- Contoh: Menggunakan dua standar deviasi dari rata-rata historis untuk menetapkan threshold dapat membantu mendeteksi anomali lebih dini.
- Benchmark Industri
Metode ini membandingkan KRI perusahaan dengan rata-rata industri atau praktik terbaik. Data dari regulator atau asosiasi industri menjadi panduan untuk menetapkan standar threshold.- Contoh: Menetapkan threshold sekitar rata-rata industri ±10% untuk KRI tertentu, memungkinkan organisasi mengikuti standar yang diakui.
- Regulasi atau Standar Eksternal
Threshold juga dapat mengikuti ketentuan yang diatur oleh regulator atau standar internasional, yang membantu perusahaan menjaga kepatuhan dan keamanan operasional.- Contoh: Minimum Capital Adequacy Ratio (CAR) 8% sesuai Basel III, yang menjamin perusahaan memiliki cadangan modal yang memadai.
Baca juga : 15 Manfaat Transformasi Digital Bagi Dunia Bisnis dan Rekomendasi Konsultansi Terbaik
Studi Kasus Threshold Key Risk Indicators (KRI) Manajemen Risiko di Perusahaan
Studi kasus ini menunjukkan bagaimana KRI dan threshold membantu perusahaan dalam mengantisipasi risiko.
Studi Kasus: Penerapan KRI pada Perusahaan Perbankan untuk Mengendalikan Risiko KreditDi industri perbankan, salah satu risiko terbesar adalah risiko kredit, yaitu ketika peminjam gagal membayar kembali pinjaman mereka. Untuk mengelola risiko ini, banyak bank menggunakan KRI dengan threshold tertentu. Misalnya, Non-Performing Loan (NPL), yang menunjukkan persentase kredit bermasalah dari total pinjaman, adalah salah satu KRI utama yang dipantau secara ketat.
Dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Risk Finance, ditemukan bahwa beberapa bank menetapkan threshold untuk NPL dengan tiga kategori:
- Batas Aman (Green): NPL di bawah 3% dianggap aman. Bank hanya perlu melakukan monitoring rutin.
- Batas Hati-hati (Yellow): NPL antara 3-5% menandakan perlunya peningkatan pemantauan dan analisis, agar risiko tidak meningkat lebih jauh.
- Batas Bahaya (Red): NPL di atas 5% memerlukan tindakan segera, seperti meningkatkan cadangan risiko atau meninjau kembali kebijakan kredit.
Melalui pengaturan threshold ini, bank dapat merespons lebih cepat ketika risiko kredit meningkat, mencegah kerugian yang lebih besar, dan menjaga stabilitas keuangan.
Hasil dan Manfaat Penerapan KRI
Dalam studi tersebut, perusahaan yang menerapkan threshold pada KRI, seperti NPL, menunjukkan peningkatan kemampuan dalam mendeteksi risiko secara proaktif. The Risk Management Association juga menyatakan bahwa penggunaan threshold pada KRI dapat membantu perusahaan menurunkan potensi kerugian hingga 15% dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan KRI.
Dengan contoh ini, kita dapat melihat bahwa KRI dan threshold bukan sekadar angka; mereka adalah alat yang membantu perusahaan mengantisipasi dan mengendalikan risiko sejak dini, sehingga bisnis dapat berjalan lebih stabil.
Kesimpulan
Memahami threshold KRI adalah langkah penting dalam manajemen risiko yang proaktif. Dengan menetapkan batasan yang tepat, perusahaan dapat mengawasi risiko secara efektif dan mengambil tindakan sebelum risiko berkembang menjadi masalah besar.
Apakah Anda ingin mengembangkan KRI dan threshold yang disesuaikan untuk bisnis Anda? Konsultasikan dengan Proxsis Consulting. Tim kami siap membantu Anda memahami dan menerapkan manajemen risiko yang optimal untuk kelangsungan bisnis Anda. Hubungi kami di Proxsis Business Process Management untuk informasi lebih lanjut.