Perbedaan KRI dan KPI: Indikator Kinerja dan Risiko yang Wajib Anda Ketahui

Perbedaan KRI dan KPI: Indikator Kinerja dan Risiko yang Wajib Anda Ketahui

Di era bisnis yang semakin dinamis, dua istilah ini mungkin sering Anda dengar: KRI (Key Risk Indicator) dan KPI (Key Performance Indicator). Keduanya sama-sama penting dalam dunia manajemen, namun memiliki peran yang sangat berbeda. 

Artikel ini akan membantu Anda memahami perbedaan mendasar antara KRI dan KPI serta mengapa keduanya penting bagi kesuksesan dan keinginan bisnis. Yuk, simak selengkapnya!

 

Perbedaan Indikator KRI dan KPI

Sebelum kita memahami perbedaannya, mari kenali mengapa KRI dan KPI kerap disandingkan dalam dunia bisnis. KPI berfungsi sebagai alat ukur untuk kinerja, sedangkan KRI lebih berperan sebagai alarm dini atas potensi risiko. Meski tujuannya berbeda, keduanya saling melengkapi dalam menjaga keberlangsungan dan stabilitas perusahaan.

  1. Definisi
    • KPI (Key Performance Indicator) adalah indikator kinerja yang menjadi tolok ukur utama keberhasilan operasional dan strategi bisnis yang dijalankan. Dalam konteks BUMN, KPI membantu mengukur sejauh mana perusahaan mencapai target-target strategisnya.
    • KRI (Key Risk Indicator) adalah indikator yang berfungsi sebagai early warning untuk mendeteksi potensi risiko yang mungkin muncul. Dengan KRI, perusahaan dapat mengidentifikasi risiko lebih awal berdasarkan kategori tertentu yang telah ditetapkan.
  1. Fokus
    • KPI: Mengukur keberhasilan dan efektivitas kinerja perusahaan.
    • KRI: Berfokus pada deteksi dini risiko, membantu perusahaan bersiap jika tanda-tanda risiko muncul.
  1. Sifat
    • KPI: Biasanya bersifat lagging indicator, artinya mengevaluasi hasil yang sudah terjadi.
    • KRI: Bersifat leading indicator, atau sebagai tanda awal untuk mendeteksi potensi risiko.
  1. Tujuan
    • KPI: Mengukur seberapa baik perusahaan mencapai sasaran strategisnya.
    • KRI: Menemukan potensi risiko yang dapat mempengaruhi jalannya perusahaan.
  1. Penggunaan
    • KPI: Digunakan untuk perencanaan dan evaluasi kinerja.
    • KRI: Lebih fokus pada manajemen risiko sebagai bagian dari sistem peringatan dini.
  1. Threshold atau Batas
    • KPI: Punya target pencapaian yang ditentukan di awal.
    • KRI: Memiliki threshold yang biasanya terbagi dalam tiga kategori, yaitu: batas aman, hati-hati, dan bahaya.
  1. Keterkaitan dengan Risiko
    • KPI: Tidak langsung terkait dengan risiko, tetapi lebih kepada kinerja perusahaan.
    • KRI: Secara langsung terkait dengan risiko dan membantu mengidentifikasi serta memantau risiko.

 

Baca juga : 7 Langkah Mudah Menentukan Key Risk Indicators (KRI) untuk Bisnis Anda

 

Contoh KRI yang Sering Digunakan dalam Perusahaan

Sebagai indikator risiko, KRI digunakan untuk mendeteksi potensi ancaman dalam berbagai aspek operasional dan finansial perusahaan. Berikut adalah beberapa contoh KRI yang dapat membantu perusahaan memantau tanda-tanda risiko sejak dini:

  1. Rasio Utang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)
    • Risiko: Risiko keuangan
    • Threshold: Batas bahaya (>70%), hati-hati (50-70%), aman (<50%)
  1. Ketergantungan pada Satu Supplier
    • Risiko: Risiko operasional
    • Threshold: Batas bahaya (>50%), hati-hati (30-50%), aman (<30%)
  1. Tingkat Turnover Karyawan Kunci
    • Risiko: Risiko SDM
    • Threshold: Batas bahaya (>15% per tahun), hati-hati (10-15% per tahun), aman (<10% per tahun)
  1. Jumlah Insiden Keamanan Siber
    • Risiko: Risiko teknologi & keamanan siber
    • Threshold: Batas bahaya (>5 insiden per bulan), hati-hati (2-5 insiden per bulan), aman (<2 insiden per bulan)
  1. Persentase Proyek Terlambat atau Melebihi Anggaran
    • Risiko: Risiko proyek
    • Threshold: Batas bahaya (>30% proyek), hati-hati (15-30% proyek), aman (<15% proyek)
  1. Rasio Likuiditas (untuk BUMN Perbankan)
    • Risiko: Risiko likuiditas
    • Threshold: Batas bahaya (<85%), hati-hati (85-100%), aman (>100%)
  1. Penurunan Harga Komoditas Utama
    • Risiko: Risiko pasar & makroekonomi
    • Threshold: Batas bahaya (>20% dalam 3 bulan), hati-hati (10-20%), aman (<10%)

Setiap indikator risiko yang digunakan bertujuan membantu perusahaan lebih waspada terhadap potensi ancaman yang bisa mengganggu jalannya bisnis.

 

Baca juga : 15 Contoh Key Performance Indicator (KPI) terbaik untuk Ukur Kinerja Bisnis

 

Mengapa KRI dan KPI Sama-Sama Penting dalam Manajemen Bisnis?

Mengelola bisnis, tidak hanya soal mencapai target kinerja, tetapi juga menjaga stabilitas dari potensi risiko yang dapat mengancam operasional. Baik KRI maupun KPI memainkan peran penting dalam mendukung kesuksesan perusahaan, namun dengan pendekatan yang berbeda. Berikut adalah beberapa alasan pentingnya kedua indikator ini dalam manajemen bisnis:

1.  Mengintegrasikan Kinerja dan Risiko untuk Keberlanjutan Bisnis

Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu mengelola kinerja sekaligus mengenali dan mengelola risiko. KPI membantu perusahaan menilai apakah strategi yang dijalankan sesuai target yang ditetapkan. Sementara itu, KRI memberikan peringatan dini terhadap potensi risiko yang bisa mempengaruhi pencapaian target ini. Misalnya, KRI seperti “Jumlah Insiden Keamanan Siber” dapat mengantisipasi ancaman digital yang berpotensi mengganggu pencapaian KPI, seperti target penjualan melalui e-commerce.

2. Peningkatan Responsivitas Terhadap Risiko

Penggunaan KRI memungkinkan perusahaan bereaksi cepat terhadap risiko sebelum masalah berkembang lebih besar. Sementara KPI mengukur hasil yang telah dicapai, KRI membantu manajemen perusahaan agar lebih waspada terhadap gejala risiko tertentu. Sebagai contoh, “Rasio Utang terhadap Ekuitas” yang tinggi dapat menunjukkan potensi risiko keuangan yang bisa berdampak pada target profitabilitas. Dengan mengetahui hal ini, perusahaan bisa mengatur ulang strategi pendanaan atau operasional untuk meminimalkan dampaknya.

3. Mendorong Pengambilan Keputusan yang Berbasis Data

Pengambilan keputusan yang tepat membutuhkan data yang akurat. KPI menyediakan data terkait kinerja, seperti penjualan, produktivitas, atau pencapaian sasaran. Di sisi lain, KRI menyediakan data terkait faktor-faktor risiko yang memerlukan perhatian. Sebagai contoh, “Tingkat Turnover Karyawan Kunci” yang tinggi bisa menjadi alarm bagi manajemen untuk memperbaiki kebijakan SDM agar tidak berdampak pada stabilitas kinerja tim dan pencapaian KPI terkait produktivitas.

4. Mendukung Keberhasilan Strategi Jangka Panjang

Dalam jangka panjang, perusahaan yang hanya fokus pada KPI berisiko menghadapi ketidakpastian dan ancaman yang tidak teridentifikasi. Kombinasi antara KPI dan KRI memberikan pandangan menyeluruh tentang kesehatan perusahaan. KPI membantu mengukur kinerja dari waktu ke waktu, sementara KRI memastikan setiap risiko potensial yang dapat menggagalkan tujuan jangka panjang terdeteksi lebih awal.

5. Menguatkan Sistem Manajemen dan Mitigasi Risiko

Implementasi KRI dan KPI secara bersamaan memperkuat sistem manajemen risiko perusahaan. KRI bertindak sebagai langkah proaktif dalam mengidentifikasi ancaman, sementara KPI bertindak sebagai ukuran evaluatif. Misalnya, dalam proyek besar, “Persentase Proyek yang Terlambat atau Melebihi Anggaran” sebagai KRI membantu perusahaan mengelola sumber daya agar proyek dapat selesai tepat waktu, yang pada akhirnya berkontribusi pada pencapaian KPI terkait efisiensi proyek.

6. Meningkatkan Reputasi dan Kepercayaan Publik

Perusahaan yang dapat mencapai target kinerja (KPI) sambil menjaga stabilitas dari potensi risiko (KRI) cenderung mendapatkan kepercayaan lebih besar dari publik dan investor. Mereka melihat perusahaan yang tidak hanya mencapai hasil, tetapi juga bijak dalam mengelola ancaman. Contohnya, perusahaan dengan tingkat “Ketergantungan pada Satu Supplier” yang rendah dianggap lebih stabil karena tidak bergantung pada satu pihak saja, dan ini dapat memberikan kepercayaan lebih bagi mitra bisnis maupun investor.

Dengan memadukan KPI dan KRI, perusahaan dapat menjalankan operasi yang efektif sekaligus menjaga risiko terkendali. Menggunakan kedua indikator ini secara strategis membantu perusahaan mencapai keseimbangan antara kinerja dan keamanan, mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Dalam menjalankan bisnis, mengelola kinerja saja tidak cukup. Dengan memahami peran KRI dan KPI, Anda dapat mempersiapkan perusahaan untuk menghadapi tantangan dan mencapai keberhasilan jangka panjang. Jika Anda ingin mengembangkan strategi manajemen risiko yang solid dan terintegrasi dengan kinerja, tim Proxsis Consulting siap membantu Anda. Hubungi kami untuk konsultasi lebih lanjut dan temukan bagaimana KRI dan KPI dapat memaksimalkan potensi bisnis Anda!

Rate this insight

Other Related Insights

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.