Di dunia bisnis yang penuh dengan tantangan dan perubahan cepat, mengelola risiko bukan hanya sebuah opsi—itu adalah kebutuhan. Salah satu cara untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak risiko adalah melalui penentuan Key Risk Indicators (KRI) yang tepat.
Tapi bagaimana cara menentukan KRI yang efektif dan sesuai untuk bisnis Anda? Jangan khawatir, dalam artikel ini, kita akan membahas langkah-langkah mudah untuk memahami dan menentukan KRI. Yuk, simak selengkapnya!
Karakteristik KRI yang Baik
KRI yang efektif memiliki beberapa karakteristik yang perlu Anda ketahui agar bisa bekerja optimal dalam manajemen risiko. Berikut ini adalah karakteristik utama dari KRI yang baik:
- Relevan
KRI harus terkait langsung dengan risiko spesifik yang diukur. Misalnya, untuk risiko terkait tenaga kerja, KRI yang relevan adalah tingkat turnover karyawan.
- Terukur
Sebuah KRI harus bisa dikonversi menjadi angka atau indikator yang bisa dipantau dengan konsisten.
- Prediktif
KRI yang baik mampu memberikan peringatan dini sebelum risiko terjadi. Hal ini memungkinkan manajemen untuk mengambil tindakan pencegahan tepat waktu.
- Mudah Dipantau
Data KRI harus dapat diakses dan mudah dimonitor, sehingga tidak menghambat proses pengawasan.
- Comparable
KRI sebaiknya bisa dibandingkan antar periode atau unit bisnis, untuk mengukur tren risiko dari waktu ke waktu.
- Actionable
KRI yang baik memungkinkan Anda untuk segera mengambil langkah mitigasi begitu ambang batas risiko terlampaui.
Baca juga : EWS dan KRI: Kunci Sukses Deteksi Dini Risiko Bisnis
Proses Bisnis Penentuan KRI
Mengidentifikasi KRI yang tepat bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan langkah-langkah yang sistematis, Anda bisa mendapatkan KRI yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Berikut adalah langkah-langkahnya:
Langkah 1: Identifikasi Risiko Utama Berdasarkan Taksonomi Risiko
Dalam proses ini, penting untuk memiliki kerangka kerja taksonomi risiko, seperti Taksonomi Risiko Portofolio BUMN. Taksonomi ini memudahkan pemetaan risiko spesifik ke dalam kategori tertentu, seperti Risiko Bisnis BUMN (T1) dan Risiko Industri Umum (T2). Identifikasi ini membantu memilih risiko utama berdasarkan dampaknya, kemungkinan terjadinya, dan kesesuaiannya dengan strategi perusahaan. Misalnya, risiko kebijakan SDM bisa menjadi salah satu fokus.
Langkah 2: Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Selanjutnya, analisis akar penyebab dari setiap risiko utama dilakukan, mencakup faktor internal dan eksternal yang bisa mempengaruhi. Contohnya, untuk risiko SDM, faktor-faktor seperti kompensasi, pengembangan karir, dan situasi pasar tenaga kerja memiliki peran besar dalam menentukan tingkat risiko.
Langkah 3: Formulasi KRI Potensial
Setelah menganalisis faktor-faktor risiko, tentukan KRI potensial yang relevan. Dalam tahap ini, perlu melibatkan pemilik risiko serta pakar yang terkait untuk memastikan KRI mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Sebagai contoh, untuk risiko SDM, KRI potensial bisa mencakup tingkat turnover, skor kepuasan karyawan, dan rasio penggantian posisi kunci.
Langkah 4: Evaluasi dan Seleksi KRI Berdasarkan Kriteria Efektivitas
Evaluasi setiap KRI potensial berdasarkan karakteristik KRI yang baik, seperti relevansi dan kemampuan prediktif. Di sini, analisis cost-benefit sangat penting agar hanya KRI yang paling representatif dan mudah dipantau yang dipilih. Misalnya, “tingkat turnover karyawan kunci” seringkali dipilih karena relevan dan mudah diukur.
Langkah 5: Penetapan Threshold untuk Setiap KRI
Tentukan batasan atau threshold untuk setiap KRI, seperti tingkat risiko “aman,” “hati-hati,” atau “bahaya.” Gunakan data historis dan benchmark industri untuk menyusun threshold yang sesuai. Misalnya, tingkat turnover karyawan kunci dapat diberi batasan <5% (aman), 5-10% (hati-hati), dan >10% (bahaya).
Langkah 6: Validasi KRI Melalui Pengujian Historis atau Simulasi
Uji efektivitas KRI dengan menggunakan data historis atau simulasi skenario untuk memastikan bahwa KRI tersebut dapat bekerja sesuai ekspektasi. Sebagai contoh, validasi dilakukan dengan melihat apakah tingkat turnover karyawan kunci berkorelasi dengan insiden risiko SDM yang pernah terjadi.
Langkah 7: Persetujuan dan Dokumentasi KRI
Terakhir, susun dokumentasi formal untuk setiap KRI yang mencakup definisi, metode pengukuran, dan sumber data. Kemudian, dapatkan persetujuan dari manajemen dan komite risiko untuk mengintegrasikan KRI ke dalam kebijakan manajemen risiko perusahaan. Misalnya, sebuah dashboard KRI bisa disusun dan disetujui oleh direksi dan komisaris.
Kesimpulan
Menentukan KRI yang efektif memang membutuhkan waktu dan ketelitian, namun hasilnya dapat membantu bisnis Anda tetap stabil dan siap menghadapi berbagai risiko.
Setiap langkah di atas memungkinkan perusahaan untuk memantau risiko dengan lebih baik dan melakukan tindakan mitigasi tepat waktu.
Jika Anda ingin memahami proses ini lebih dalam atau membutuhkan panduan praktis untuk menerapkannya, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan Proxsis Consulting. Kami siap membantu Anda dalam setiap langkah manajemen risiko bisnis!