Begini Cara Habibie Jinakkan Dolar AS dari Rp16.800 Jadi Rp6.550

Begini Cara Habibie Jinakkan Dolar AS dari Rp16.800 Jadi Rp6.550

Indonesia pernah mengalami masa sulit saat krisis ekonomi 1998. Rupiah anjlok drastis hingga menyentuh Rp16.800 per dolar AS. Harga barang melambung tinggi, dunia usaha lumpuh, dan masyarakat merasakan dampaknya secara langsung.  

Di tengah situasi yang kacau, BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai presiden berhasil mengendalikan keadaan. Dalam waktu singkat, nilai tukar rupiah menguat hingga Rp6.550 per dolar AS. Keberhasilan ini tidak terjadi begitu saja, melainkan berkat strategi ekonomi yang tepat.  

Bagaimana Krisis 1998 Terjadi?

Krisis moneter 1998 terjadi bersamaan dengan runtuhnya pemerintahan Orde Baru. Kebijakan ekonomi yang kurang matang, utang luar negeri yang membengkak, serta kepanikan di sektor keuangan membuat nilai tukar rupiah jatuh bebas. Kepercayaan terhadap sistem perbankan menurun, banyak bank kolaps, dan masyarakat melakukan penarikan dana besar-besaran.  

Saat BJ Habibie mengambil alih kepemimpinan, tantangan yang dihadapinya sangat berat. Stabilitas ekonomi harus segera dipulihkan agar masyarakat kembali percaya pada rupiah dan sektor keuangan kembali berfungsi normal. Untuk itu, Habibie menerapkan beberapa strategi penting yang terbukti efektif.

Baca juga : 17 Tantangan Bisnis 2025, Pentingnya Ketahanan Bisnis di Tengah Ketidakpastian

Strategi Habibie Menjinakkan Dolar AS

Agar rupiah bisa kembali stabil, Habibie menerapkan sejumlah kebijakan yang berfokus pada penguatan perbankan, pengendalian inflasi, serta pemulihan kepercayaan pasar. Berikut adalah langkah-langkah yang diambilnya:  

1. Restrukturisasi Perbankan  

Pada masa Orde Baru, pemerintah memberikan kemudahan bagi pendirian bank melalui kebijakan Paket Oktober 1988. Sayangnya, banyak bank berdiri tanpa manajemen keuangan yang kuat. Saat krisis melanda, banyak di antaranya tidak mampu bertahan.  

Habibie segera melakukan restrukturisasi perbankan untuk memperkuat sistem keuangan. Salah satu langkah besar yang diambil adalah menggabungkan empat bank milik pemerintah menjadi satu entitas baru, yaitu Bank Mandiri. Dengan langkah ini, perbankan nasional kembali memiliki fondasi yang lebih kuat.  

2. Memisahkan Bank Indonesia dari Pemerintah  

Agar kebijakan moneter lebih independen dan tidak mudah dipolitisasi, Habibie memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah melalui UU No. 23 Tahun 1999. Langkah ini memungkinkan BI bertindak lebih objektif dalam menjaga stabilitas rupiah tanpa campur tangan politik.  

Dalam otobiografinya, B.J. Habibie: Detik-detik yang Menentukan (2006), Habibie menyebut keputusan ini sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam memperkuat nilai tukar rupiah. Dengan BI yang lebih mandiri, kebijakan moneter menjadi lebih efektif dalam mengendalikan inflasi dan menjaga kepercayaan pasar.  

3. Menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, Habibie menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan bunga tinggi. Kebijakan ini mendorong masyarakat kembali menabung di bank, sehingga peredaran uang di luar sistem keuangan dapat dikurangi.  

Hasilnya cukup signifikan. Suku bunga yang semula mencapai 60% bisa turun ke angka belasan persen. Dengan suku bunga yang lebih stabil, dunia usaha mulai kembali bergerak, dan aliran investasi kembali masuk ke Indonesia.  

4. Mengendalikan Harga Bahan Pokok  

Habibie menyadari bahwa krisis ekonomi tidak hanya berdampak pada sektor keuangan, tetapi juga langsung dirasakan oleh masyarakat melalui kenaikan harga bahan pokok. Oleh karena itu, ia berupaya menjaga harga barang kebutuhan utama tetap stabil.  

Beberapa langkah yang dilakukan adalah mempertahankan subsidi BBM dan listrik agar tidak naik, serta memastikan pasokan bahan pokok tetap tersedia. Meski sempat menuai kontroversi karena pernyataannya yang meminta rakyat berpuasa di masa krisis, kebijakan ini terbukti mampu meredam inflasi dan menjaga daya beli masyarakat.  

Baca juga : Bagaimana Prinsip ESG Berperan Penting di Bank Mandiri?

Hasil Akhir: Rupiah Kembali Menguat 

Berkat strategi-strategi tersebut, kepercayaan pasar terhadap ekonomi Indonesia kembali meningkat. Aliran dana investasi mulai masuk, sektor perbankan kembali stabil, dan nilai tukar rupiah berhasil menguat dari Rp16.800 ke Rp6.550 per dolar AS dalam waktu yang relatif singkat.  

Langkah-langkah yang diambil Habibie menjadi salah satu contoh bagaimana kepemimpinan yang cepat dan tepat dapat menyelamatkan negara dari krisis. Kebijakan ekonominya masih dikenang sebagai salah satu pencapaian besar dalam sejarah ekonomi Indonesia.  

Keberhasilan BJ Habibie dalam mengendalikan krisis ekonomi 1998 menunjukkan bahwa kebijakan yang tepat dapat memulihkan kepercayaan pasar dan menstabilkan nilai tukar rupiah. Melalui restrukturisasi perbankan, pemisahan Bank Indonesia dari pemerintah, penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI), serta pengendalian harga bahan pokok, ia mampu membawa Indonesia keluar dari keterpurukan. Hasilnya, rupiah yang sempat terjun bebas hingga Rp16.800 per dolar AS berhasil menguat kembali ke Rp6.550 dalam waktu singkat.  

Langkah-langkah Habibie menjadi pelajaran berharga bahwa stabilitas ekonomi memerlukan kepemimpinan yang cepat, tegas, dan strategis. Meskipun sempat menuai kontroversi, kebijakan-kebijakan tersebut terbukti efektif dalam memulihkan ekonomi nasional. Kisah ini menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia bahwa dengan keputusan yang tepat, krisis sebesar apa pun bisa diatasi.

Rate this insight

Other Related Insights

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.