Ketahanan Bisnis: Transformasi Bisnis dari Business Continuity Jadi Business Sustainability dengan Prinsip ESG

Business Resilience: Transformasi Bisnis dari sekedar Keberlangsungan (Business Continuity) menjadi Keberlanjutan (Business Sustainability)

Bisnis adalah rangkaian aktivitas dan proses yang menghasilkan keuntungan (profit). Keuntungan yang dihasilkan tersebut bertujuan agar bisnis tetap berjalan secara berkesinambungan (continuity) dan menghasilkan dividen bagi pemegang saham/ pemilik. Pola bisnis sedari dulu sampai saat ini yakni bagaimana perusahaan dapat terus menghasilkan keuntungan agar dapat terus berlangsung (continuity), akibatnya beberapa pemilik modal/ perusahaan dapat menghalalkan berbagai cara untuk terus menghasilkan keuntungan yang besar (kapitalisme).

Menjalankan bisnis agar tetap berjalan (continuity) saat ini tidak hanya berpikir dari aspek operasional dan komersial semata, tetapi juga dari aspek-aspek lain yang mendukung tercapainya target bisnis. Aspek tersebut antara lain mencakup aspek Tata Kelola (Governance), Manajemen Risiko (Risk) dan Kepatuhan (Compliance). Saat ini ketiga aspek tersebut yang disingkat menjadi GRC sudah mulai banyak diterapkan oleh beberapa perusahaan di berbagai industri. Salah satu objektif dari penerapan GRC adalah agar perusahaan memiliki keberlangsungan bisnis (business continuity) secara baik dan terukur sehingga dapat mencapai target bisnis yang ditetapkan.

Baca juga: Penerapan BCMS dalam Industri Halal: Strategi Pertumbuhan Berkelanjutan Jangka Panjang

Pertanyaannya, apakah bisnis saat ini dan di masa depan hanya cukup dengan prinsip keberlangsungan (continuity)? Jawabannya adalah Tidak. Oleh karenanya, saat ini issue dan wacana di dalam bisnis korporasi tidak sekedar keberlangsungan (continuity) tetapi sudah sampai pada tahap ketahanan bisnis (business resilience). Kenapa business resilience menjadi penting? Dalam artikel “A Guide to Building a More Resilient Business ” (Harvard Business Review, Martin Reeves and Kevin Whitaker, 2020), ketahanan sangat penting saat ini karena lingkungan bisnis menjadi lebih dinamis dan tidak dapat diprediksi. Hal tersebut tidak lepas dari perkembangan dinamika proses bisnis, mulai dari percepatan evolusi teknologi hingga ekonomi global yang semakin terhubung dengan permasalahan yang lebih luas antara lain ketimpangan yang semakin meningkat, punahnya makhluk hidup serta perubahan iklim.

Dalam artikel tersebut, untuk dapat menerapkan ketahanan bisnis (business resilience), maka perusahaan harus dapat mengakomodasi persoalan seperti issue ketimpangan dalam aspek sosial serta issue lainnya terkait aspek lingkungan. Issue tersebut saat ini diatur dalam framework yang dikenal sebagai ESG (Environment, Social & Governance). Sebagai suatu framework penerapan ESG merubah paradigma dari sekedar keberlangsungan (continuity) menjadi keberlanjutan (sustainability). Konsep keberlanjutan (sustainability) di dalam ESG adalah mendorong ekosistem yang berada di dalam bisnis terus berlanjut dan bertahan sampai jangka waktu yang tidak ditentukan. Ekosistem tersebut memasukkan variabel lingkungan dan sosial serta diperkuat dengan tata kelola, sehingga bisnis yang dijalankan akan dirasakan manfaatnya oleh generasi mendatang.

Baca juga: Bank Mandiri Resmi Raih ISO 22301 untuk Perkuat Keberlanjutan Operasional Bisnis Berstandar Internasional

Dengan demikian, tatanan dalam membangun business resilience suatu perusahaan harus sudah mulai bergeser paradigma bisnis dari yang sekedar berlangsung (continuity) menjadi berkelanjutan (sustainability) melalui penerapan GRC yang diintegrasikan dengan ESG framework.

Penulis,

Heru Prasetyo, SE., ME., CLA ISO 9001

Proxsis Consulting Leader

5/5 - (5 votes)

Other Related Insights