Pernahkah kamu bertanya-tanya siapa di balik megahnya mal-mal besar di Indonesia? Tempat yang selalu ramai, terutama saat akhir pekan dan musim liburan, ternyata bukan hanya sekadar pusat perbelanjaan biasa. Mal juga menjadi simbol kekuatan bisnis para konglomerat yang menguasai sektor properti di Tanah Air.
Menurut data Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), jumlah pengunjung mal di Indonesia melonjak hingga 20% saat libur Natal dan Tahun Baru 2024 dibanding tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pusat perbelanjaan masih menjadi destinasi utama masyarakat, bukan hanya untuk belanja, tetapi juga untuk hiburan dan gaya hidup.
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 400 pusat perbelanjaan, dengan hampir 25% atau sekitar 96 mal berada di Jakarta. Beberapa di antaranya bahkan dikategorikan sebagai mal terbesar dan termewah dengan fasilitas lengkap, mulai dari pusat perbelanjaan, restoran, bioskop, hotel, hingga ruang perkantoran dalam satu kawasan.
Namun, siapa sebenarnya sosok di balik bisnis raksasa ini? Berikut daftar pemilik mal-mal besar di Indonesia yang berhasil membangun kerajaan bisnisnya di sektor properti:
1. Trihatma Kusuma Haliman – Agung Podomoro Group
Trihatma Kusuma Haliman adalah sosok di balik PT Agung Podomoro Land Tbk. Grup ini mengembangkan berbagai mal prestisius, seperti Senayan City, Thamrin City, dan Central Park.
Central Park sendiri dikenal sebagai salah satu mal terbesar di Jakarta dengan luas 188.077 m². Namun, pada 2022, Agung Podomoro melepas kepemilikan 85% atas Central Park kepada PT CPM Assets Indonesia, yang kini dimiliki oleh perusahaan Jepang, Hankyu Hanshin Properties Corp.
Senayan City, yang mulai beroperasi sejak 2006, juga menjadi salah satu destinasi utama di Jakarta. Lokasinya yang strategis di Tanah Abang, dekat dengan perkantoran dan apartemen, menjadikannya ramai dikunjungi pekerja dan penghuni sekitar.
Baca juga : 17 Tantangan Bisnis 2025, Pentingnya Ketahanan Bisnis di Tengah Ketidakpastian
2. Sutjipto Nagaria – Summarecon Group
Sutjipto Nagaria adalah pendiri Summarecon Agung Tbk, perusahaan yang mengembangkan Summarecon Mall Kelapa Gading. Mal ini merupakan salah satu yang terbesar di Jakarta, dengan luas mencapai 150.000 m² dan menampung sekitar 600 tenant.
Dibangun sejak 1990, Summarecon Mall Kelapa Gading menawarkan konsep gaya hidup yang lengkap, mulai dari kuliner, hiburan, hingga kebutuhan rumah tangga.
Baca juga : Budaya Perusahaan dan Penyelarasan Bisnis: Langkah Konkrit Menuju Transformasi Berkelanjutan
3. Eka Tjandranegara – Mulia Group
Mulia Group yang dimiliki Eka Tjandranegara dikenal sebagai pengembang properti ternama di Indonesia. Salah satu proyek besarnya adalah Mall Taman Anggrek, yang memiliki luas bangunan mencapai 360.000 m² dan tempat parkir untuk 4.000 kendaraan.
Diresmikan pada 1996, mal ini terkenal dengan ikon layar LED raksasa sepanjang 353,4 meter yang pernah tercatat dalam rekor dunia sebagai “The World Largest LED Illuminated Façade.
Baca juga : Peran Manajemen Perubahan dalam Menyelaraskan Bisnis dan Strategi Perusahaan
4. Robert Budi Hartono & Michael Bambang Hartono – Djarum Group
Dua orang terkaya di Indonesia, Robert dan Michael Hartono, juga memiliki bisnis pusat perbelanjaan melalui PT Grand Indonesia (Djarum Group).
Grand Indonesia, yang berlokasi di jantung Jakarta, merupakan salah satu mal termewah di Indonesia. Mal ini memiliki luas sekitar 141.472 m² dan terdiri dari dua bagian, West Mall dan East Mall, yang dihubungkan oleh sky bridge.
Baca juga : Ingin Bisnis Stabil dan Aman? Kenali Threshold Key Risk Indicators (KRI) dalam Manajemen Risiko
5. Tan Kian – Dua Mutiara Group
Tan Kian adalah pengusaha di balik Pacific Place, salah satu mal termewah di kawasan SCBD, Jakarta. Mal ini dikembangkan oleh Dua Mutiara Group dan mengusung konsep mixed-use, yang mencakup One Pacific Place Office, The Ritz-Carlton Hotel, dan The Ritz Carlton Residence.
Baca juga : Bagaimana JP Morgan Chase Menjawab Tantangan dengan Teknologi dan Sustainability
6. PT Senayan Trikarya Sempana – Plaza Senayan
Plaza Senayan dikelola oleh PT Senayan Trikarya Sempana, perusahaan yang merupakan hasil kerja sama antara Kajima Overseas Asia Pte. Ltd dan Badan Pengelola Gelora Bung Karno.
Mal ini memiliki luas 130.500 m² dan menjadi salah satu pusat perbelanjaan elite di Jakarta, dengan banyak merek fashion kelas atas.
Baca juga : Cara 10 Perusahaan Tertua di Indonesia Mempertahankan Bisnis, Transformasi Bisnis dan Transformasi Digital
7. Alexander Tedja – Pakuwon Group
Alexander Tedja, pemilik Pakuwon Group, adalah pengembang berbagai mal besar di Jakarta, seperti Kota Kasablanka, Gandaria City, dan Blok M Plaza.
Kota Kasablanka, salah satu mal terbesar di Jakarta, terletak di kawasan superblok dengan luas yang mencakup berbagai fasilitas, dari pusat belanja hingga perkantoran.
Baca juga : Daftar 5 Perusahan yang Bisnisnya Gagal, Begini Cara Perusahaan Nokia Bangkit
8. Murdaya Poo – Pondok Indah Mall
Murdaya Poo adalah pendiri PT Metropolitan Kentjana Tbk, perusahaan di balik Pondok Indah Mall (PIM).
PIM adalah salah satu mal pertama di Jakarta yang dibangun pada 1991 dan kini berkembang menjadi tiga gedung utama: PIM 1, PIM 2, dan PIM 3. Kawasan ini terus menjadi ikon pusat perbelanjaan premium di Jakarta Selatan.
Dalam bisnis pusat perbelanjaan di Indonesia, sejumlah nama besar telah sukses menguasai pasar dan menciptakan destinasi belanja yang tak hanya menarik pengunjung, tetapi juga mempengaruhi perkembangan ekonomi di kawasan urban. Mal-mal yang mereka kelola menawarkan berbagai fasilitas lengkap, mulai dari belanja, hiburan, hingga tempat tinggal, menciptakan pengalaman berbelanja yang serba ada dalam satu lokasi. Dengan pengelolaan yang cermat, mal-mal tersebut menjadi magnet bagi masyarakat, baik untuk berbelanja maupun sekadar bersantai, menjadikannya bagian integral dalam kehidupan perkotaan.
Para pemilik mal besar ini, seperti Trihatma Kusuma Haliman, Sutjipto Nagaria, dan lainnya, telah membuktikan bahwa dengan visi dan strategi bisnis yang tepat, mereka mampu mengubah pusat perbelanjaan menjadi pusat aktivitas sosial dan ekonomi.
Keberhasilan mereka juga memperlihatkan potensi besar industri properti dan ritel di Indonesia yang terus berkembang pesat. Sebagai hasilnya, mal-mal mereka tidak hanya jadi tujuan belanja, tetapi juga landmark yang mencerminkan gaya hidup modern di kota-kota besar di Indonesia.